kawan, ku ceritakan padamu tentang negeriku
negeri para anbiya' yang di lembar-lembar waktunya tertoreh
rangkaian kisah sejarah peradaban
tak kan kering lautan tinta untuk mencatatnya
hingga air mata dan darah-darah kami tertumpah karenanya
tak pernah usai, meski darah telah menganak sungai...
sekali-kali datanglah ke negeriku, kawan...
di sini, atap langit selalu berwarna jingga
tak pagi, tak siang, tak malam, tiap waktu adalah senja
ledakan dan kobaran api membumbung di merah saga
bercampur debu dan asap jelaga
menghias langit pekat bertabur bintang gemintang
ya, negeriku penuh dengan bintang
tak hanya muncul di waktu malam, tapi juga pagi dan siang
aneh bukan?
seperti kembang api yang kau nyalakan di tahun baru
bintang-bintang di langit negeriku berjatuhan
meledakkan apapun yang ada di bawahnya
rumah-rumah, sekolah-sekolah, masjid-masjid
di balik reruntuhan puing-puing akan kau temukan tubuh-tubuh terkoyak
juga genangan darah yang membanjiri jalan-jalan setapak
di dinding-dinding retak berdebu, kami mengais sisa-sisa nafas
dan embun di manapun kini bercampur darah
nafas-nafas di sudut kota mulai berbau bara...
negeriku hanya mengenal satu musim, kawan
hujan!
ibu-ibu kami kuyup air mata
anak-anak kami basah karena darah
hujan batu. hujan peluru. hujan rudal...
ahh...kau bisa bayangkan bila kami kehujanan
sekali-kali datanglah ke negeriku...
kau akan melihat senyuman-senyuman perindu syurga
dan binar mata bidadari yang tak sabar menantinya........!!!!
No comments:
Post a Comment