TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Ridwan Hakim (20) tiba di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Super Jet 100, di tebing Gunung Salak I, Batutapak, Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat, Jumat (11/5/2012) pukul 10.15 WIB.
Ia tiba bersama dua rekannya, Komarun (20) dan Kurniadi (21), serta sejumlah anggota Marinir.
Ridwan mengungkapkan, setiba di lokasi, ia dan dua rekannya melihat banyak potongan tubuh manusia, dan pesawat berserakan di bibir tebing dengan kemiringan sekitar 85 derajat.
Potongan tubuh manusia dan pesawat juga tampak bergelantungan di atas pohon dengan kondisi hangus.
Berada di ketinggian 2.006 kaki di atas permukaan laut selama sekitar dua jam, Ridwan mengaku sempat membantu anggota Marinir memasukkan sejumlah potongan tubuh manusia ke dalam empat kantong mayat.
"Posisinya di slep, tebing. Sepertinya pesawat itu meledak. Tadi sudah diambil. Tadi sebelum kami turun, saya sempat angkat potongan jenazah. Yang kami lihat ada empat kantong mayat," ujar Ridwan di Posko Utama kecelakaan SSJ 100, Balai Ternak Embrio, Cipelang, Cijeruk, Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/5/2012) petang.
Menurutnya, keempat kantong mayat itu dibawa ke puncak Gunung Salak dengan cara manual.
"Tadi, sebelum kami turun, bapak-bapak Marinir sedang membuat landasan helikopter di Puncak Gunung Salak 1, dan diuji coba, mungkin sekarang bisa digunakan," jelasnya.
Karena berupa potongan tubuh, Ridwan tak bisa memastikan jumlah korban yang ada di keempat kantong mayat tersebut.
"Yang saya lihat, di kantong mayat itu ada seorang perempuan dan dua laki-laki," tuturnya.
Ridwan dan dua rekannya merupakan anggota Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Indonesa (UI) angkatan 2010. Mereka bersama sejumlah anggota Marinir menjadi kelompok pertama yang tiba di lokasi. (*)
No comments:
Post a Comment