pemudasarawak.wordpress.com
adakah sejarah bakal berulang?
aku dah bosan dengan situasi begini
tak puas2 lagi
tak insaf
tak bersyukur
gila bola
penting diri sendiri
tapi
aku kena hadapi juga
beri aku kesabaran ya Allah
"Dan Kami menguji kamu dengan kesusahan dan kesenangan sebagai dugaan; dan kepada Kami-lah kamu semua akan dikembalikan" Surah Al-Anbiyaa’: ayat 35
Tafsiran Ringkas :Ibnu Katsir dalam memberikan penerangan terhadap ayat ini menyatakan bahawa Allah menguji hambanya dengan musibah pada satu waktu, dan kemudian dengan nikmat pada waktu yang lain, untuk melihat siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur, siapa pula yang sabar, dan siapa yang berputus harap.
Ibnu Kathir ada menukilkan kata-kata Ibnu ‘Abbas dalam menafsirkan ayat ini, bahawa Allah menguji hambanya dengan kecelakaan dan kesenangan, dengan kesihatan dan kesakitan, dengan kemewahan serta kemiskinan, dengan perkara yang halal dan apa yang haram, dengan ketaatan dan kemaksiatan, serta dengan hidayah dan kesesatan.
Berdasarkan tafsiran Ibnu ‘Abbas tersebut, dapat kita ketahui bahawa pada setiap orang, berbeza tahap ujian yang dikenakan ke atasnya.
Ini adalah selari dengan ayat pada surah al-Baqarah apabila Allah menyatakan :"Allah tidak memberi kesusahan seseorang hamba melainkan apa yang terdaya olehnya" [Al-Baqarah: ayat 233].
Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahawa ujian yang dikenakan kepada setiap hamba, adalah bersesuaian dengan apa yang mampu ditanggungnya. Dan setiap orang pula berbeza tahap tanggungannya dan penerimaan mereka terhadap ujian serta dugaan itu.
Manusia yang berhenti pada satu tahap kesusahan, akan menjadi orang yang putus asa dan bernasib malang. Dia akan memandang hidup ini dengan pandangan kosong dan hampa.
Namun, orang yang beriman akan menjadi semakin optimis dan terus berjuang untuk menyelesaikan semua kesulitan itu. Seorang yang beriman meyakini bahwa setiap kesulitan itu pasti mempunyai jalan keluar, dan yang pasti kesulitan itu tidak akan diberikan Allah swt, melainkan sesuai batas kemampuan manusia itu sendiri untuk memikulnya.
Manusia memang harus menanggung resiko kehidupan dunia ini. Kita sewajarnya bersedia menghadapi kesulitan dan kepayahan, karena hidup memang diciptakan untuk itu. Akan tetapi, semua itu bertujuan baik, karena dengan kesulitan-kesulitan itulah, Allah swt meningkatkan derajat manusia itu sendiri.
Ujian yang diberikan juga adalah untuk mengukur tahap keimanan seorang hamba. Ini telah dibuktikan secara jelas berdasarkan ayat 2-3 surah al’-Ankabut :
"Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu dugaan)?Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu sebelum mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang benar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahui-Nya akan orang-orang yang berdusta".
Jelas bahawa ujian yang diberikan adalah untuk menguji keimanan seorang manusia. Jika mempunyai darjah keimanan yang tinggi, maka kita akan menerimanya dengan keredhaan. Maka padanya rahmat Allah serta keredhaan-Nya.
Namun bagi manusia yang lalai serta tidak meredhai ujian yang diberikan ke atasnya. Maka dia sekadar mendapat kemurkaan daripada Allah dan kesesatan yang nyata.
Namun, orang yang beriman akan menjadi semakin optimis dan terus berjuang untuk menyelesaikan semua kesulitan itu. Seorang yang beriman meyakini bahwa setiap kesulitan itu pasti mempunyai jalan keluar, dan yang pasti kesulitan itu tidak akan diberikan Allah swt, melainkan sesuai batas kemampuan manusia itu sendiri untuk memikulnya.
Manusia memang harus menanggung resiko kehidupan dunia ini. Kita sewajarnya bersedia menghadapi kesulitan dan kepayahan, karena hidup memang diciptakan untuk itu. Akan tetapi, semua itu bertujuan baik, karena dengan kesulitan-kesulitan itulah, Allah swt meningkatkan derajat manusia itu sendiri.
Ujian yang diberikan juga adalah untuk mengukur tahap keimanan seorang hamba. Ini telah dibuktikan secara jelas berdasarkan ayat 2-3 surah al’-Ankabut :
"Patutkah manusia menyangka bahawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu dugaan)?Dan demi sesungguhnya! Kami telah menguji orang-orang yang terdahulu sebelum mereka, maka (dengan ujian yang demikian), nyata apa yang diketahui Allah tentang orang-orang yang benar-benarnya beriman, dan nyata pula apa yang diketahui-Nya akan orang-orang yang berdusta".
Jelas bahawa ujian yang diberikan adalah untuk menguji keimanan seorang manusia. Jika mempunyai darjah keimanan yang tinggi, maka kita akan menerimanya dengan keredhaan. Maka padanya rahmat Allah serta keredhaan-Nya.
Namun bagi manusia yang lalai serta tidak meredhai ujian yang diberikan ke atasnya. Maka dia sekadar mendapat kemurkaan daripada Allah dan kesesatan yang nyata.
Allah berfirman :Wahai orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan dengan sabar dan solat, sesungguhnya Allah bersama-sama orang yang sabar. [ Surah Al-Baqarah: ayat 153].
Maka redhalah dengan setiap ujian, bersyukur ketika dikuniakan nikmat dan kesenangan, bersabar apabila ditimpa musibah dan kesakitan, ingat kita akan menemui Allah pada suatu masa nanti.
No comments:
Post a Comment